Rencana Menaikan Deposito Tidak Meningkatkan Perlindungan TKI [ Warga Negara & Negara ]

Rencana Kemenakertrans menaikkan jaminan deposito perusahaan jasa TKI dari Rp 500 juta menjadi Rp 5 miliar dinilai tidak akan meningkatkan kualitas perlindungan TKI. Anggota Komisi IX DPR Rieke Dyah Pitaloka mengatakan dana jaminan deposito tidak berkorelasi dengan perlindungan TKI.

"Terlebih lagi jika perlindungan ditinjau dari segi materi saja bukan penegakan hukum," kata Rieke di Jakarta, Selasa (29/11).

Sebelumnya Ketua Himpunan Perusahaan Jasa TKI (Himsataki) Yunus M Yamani memrotes rencana kenaikan jaminan deposito yang semula Rp 500 juta menjadi Rp 5 miliar yng dinilai bertentangan dengan peraturan perundangan.

Menurut dia, Kemenakertrans tidak bisa membuat kebijakan yang berlaku bagi semua pihak hanya karena segelintir PJTKI yang tidak jelas identitasnya melakukan pelanggaran.

Yunus memaparkan, rencana kenaikan dana jaminan dalam bentuk deposito diungkapkan Dirjen Binapenta Kemenakertrans dalam rapat dengan sejumlah organisasi perusahaan jasa TKI baru-baru ini.

Salah satu alasan menaikkan jaminan deposito itu karena Kemenakertrans menemukan kasus penempatan TKI ke Libya sebanyak 56 orang tetapi gagal diberangkatkan dan perusahaan yang menempatkan tidak bertanggung jawab.

Sementara, dana klaim asuransi atas kasus itu tidak mencukupi karena terlalu kecil. Diinfokan, Kemenakertrans mengembalikan uang calon TKI tersebut yang nilainya lebih dari Rp 500 Juta.

Dampak dari kejadian tersebut, kata Yunus, pemerintah merencanakan menaikkan dana jaminan deposito setiap PJTKI menjadi Rp 5 miliar. "Yang kami sayangkan, Kemenakertrans tidak pernah menjelaskan siapa atau PJTKI mana yang akan menempatkan TKI ke Libya," kata Yunus.

Sementara, Rieke mengacu pada praktik perlindungan buruh migran di Filipina yang tidak menjadikan dana jaminan deposito sebagai bagian utama dari perlindungan.

"Uang jaminan deposito perusahaan jasa buruh migran Filipina tidak besar tetapi mereka taat azas taat hukum dan yang menjadi prioritas di sana adalah penegakan hukum bagi pelanggaran sekecil apapun," kata Rieke.

Dia juga menjelaskan bahwa rencana menaikkan dana jaminan deposito itu sudah diusulkan di rapat kerja Kemenakertrans dengn DPR, dan dia dengan tegas menolaknya.

Rieke juga mempertanyakan fungsi Konsorsium Perusahaan Asuransi Proteksi TKI yang hingga saat ini terkesan hanya menghimpun dana. Puluhan miliar dana yang dihimpun tetapi klaim yang dibayarkan kepada TKI hanya Rp 1,2 miliar.

"Kemana perginya dana yang dihimpun sebesar Rp400.000 per-TKI yang ditempatkan?" kata Rieke.

Menurut dia, jika dibandingkan dengan PT Jamsostek, kinerja konsorsium perusahaan asuransi TKI sangat rendah. "PT Jamsostek masih melaporkan penggunaan dana dan manfaat yang diberikan pada peserta, sementara konsorsium perusahaan asuransi tidak memberikan laporan apa-apa, sementara dia memungut dana publik (TKI)," tandasnya.

Sumber : Google, http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/11/29/lvf0gp-kenaikan-jaminan-deposito-tak-jamin-perlindungan-tki

Sumber gambar : http://www.mypangandaran.com/gambar/berita-tki-legal-asal-kabupaten-ciamis-hanya-16-orang-830.jpg
»»  Read More...

Agar Bermartabat Pemuda Harus Bekerja [ Pemuda & Sosialisasi ]

KabarIndonesia - Agar bermartabat pemuda harus bekerja, hal ini disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jambi Ir. Syahrasaddin, M.Si, atas nama Gubernur Jambi Drs. H. Hasan Basri Agus, MM,  Senin (28/11/2011), saat membuka  Lokakarya Kepemudaan Provinsi Jambi, yang dilaksanakan di hotel Goldan Harvest Jambi.           
Ditegaskan Sekda, “dengan bekerja, pemuda akan mempunyai harkat dan martabat dimata keluarga, dimata masyarakat dan dimata Negara, karenanya kedepan pemuda harus lebih giat lagi, harus teguh”.

Disampaikan Sekda, pernah disampaikan salah seorang tokoh dunia, Mahatma Gandhi, bahwa Negara ini akan kuat jika melibatkan pemuda,” jadi demikian berartinya pemuda, karenanya jangan sia-siakan usia muda, manfaatkan untuk berbuat yang terbaik, baik untuk keluarga bangsa dan Negara, tegas Sekda.

Sekda yakin, perubahan akan cepat terjadi manakala melibatkan pemuda. Paling tidak ada dua hal yang harus mendapat perhatian khusus kedepan, pertama masalaha penyalahgunaan narkoba, yang saat ini sasarannya juga para pemuda dan telah semakin meluas sampai kedesa-desa dan yang menjadi sasaran sampai kepada anak-anak usia sekolah dasar. Kedua  pemuda harus bekerja, sehingga pemuda mempunyai harkat dan martabat, dimata keluarga, dimata masyarakat dan dimata Negara, tegas Sekda.           

Sesungguhnya pemuda saat ini telah  berperan disemua lini, ini dapat dilihat diberbagai event yang dilaksanakan baik tingkat lokal, regional, dan nasional, banyak melibatkan pemuda, demikian juga dalam berkarya, selain banyak yang menjadi PNS, pemuda juga banyak berkarya di swasta, bahkan tidak sedikit yang telah berhasil membuka lapangan pekerjaan dengan usaha yang dilakukannya.   

Sebelumnya Sekda juga menyampaikan sambutan tertulis Gubernur Jambi Drs. H. Hasan Basri Agus, yang menyampaikan, bahwa Pemerintah Provinsi Jambi menyadari betul akan keterbatasan dan kemampuan dalam melaksanakan pembangunan, terlebih lagi dalam meberikan pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia usia muda, untuk itulah maka Pemerintah Provinsi Jambi terus berupaya menjalin kerjasama dan kemitraan dengan organisasi kepemudaan dan organisasi kemasyarakatan untuk menggerakkan pembangunan di Provinsi Jambi. Karena organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan merupakan lembaga yang mempunyai ikatan dan kedekatan dengan masyarakat, yang biasanya lebih mengetahui keinginan dan kebutuhan masyaraakat.            

Gubernur yakin, DPD KNPI sebagai tempat berhimpunnya organisasi kepemudaan telah menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Namun Gubernur berharap agar DPD KNPI Provinsi Jambi untuk lebih meningkatkan perannya. Terlebih lagi dalam menyikapi kondisi dan peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, seperti terjadinya bencana alam, penyalahgunaan narkoba yang penyebarannya telah meluas sampai ke desa-desa serta kerusuhan massa yang bersifat anarkis tanpa mengindahkan aturan dan norma yang berlaku. Permasalahan tersebut diatas, menurut Gubernur pada prinsipnya disebabkan oleh human error yang dilakukan oleh tangan manusia, baik di sengaja maupun tidak disengaja.           

Fenomena-fenomena tersebut hendaknya menjadi bahan renungan dan telaahan semua pihak, karena manusialah yang menjadi penyebabnya. Kini saatnya untuk mengendalikan diri, untuk tidak melakukan hal-hal negative yang menyebabkan itu semua, harus bahu membahu dengan kebulatan tekad yang kuat dari seluruh lapisan masyarakat untuk mulai menahan diri mengeksploitasi alam. Menahan diri dari keserakahan pengrusakan kekayaan hutan tanpa melakukan timbale balik bagi kelestariannya. Menahan diri untuk tidak berbuat zalim, baik antar sesama manusia maupun zalim terhadap alam.
Oleh karenanya, melalui kesempatan ini Gubernur berpesan kepada para generasi muda, penerus pembangunan bangsa, untuk tetap waspada dalam menghadapi masalah-masalah ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang kompleks. Wujudkan cita-cita dan idialisme generasi muda sebagai warga Negara yang potensial sekaligus sebagaimwarga masyarakat yang bertanggungjawab. Teruskan meningkatkan wawasan, pengetahuan dan ketrampilan serta pengalaman dalam pemberdayaan masyarakat dan lembaga.


Sumber : Google, http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=26&jd=Agar+Bermartabat+Pemuda+harus+Bekerja&dn=20111129070604
Sumber Gambar : http://profile.ak.fbcdn.net/hprofile-ak-snc4/71178_125254912488_2668314_n.jpg
»»  Read More...

Gigolo Coba Bius dan Rampok Pelanggannya Wanita Muda Usia 23 Tahun Karena Tersinggung Dibayar Sedikit [ Pendidikan Masyarakat & Kebudayaan ]

Polsek Metro Palmerah kini tengah mengejar dua saksi lain dalam kasus pembiusan dan percobaan perampokan oleh seorang gigolo berinisial M di sebuah hotel di bilangan Palmerah, Jakarta Barat, pada Selasa (10/5/2011). Dua saksi penting itu adalah seorang germo dan gigolo lain, AD.
“Dua orang itu sedang kami kejar, tetapi sampai sekarang baru sebatas saksi. Tidak tertutup kemungkinan salah satunya terlibat dan jadi tersangka,” ucap Kepala Unit Reskrim Ajun Komisaris Saiful Anwar, Kamis (12/5/2011), saat dihubungi wartawan.
Saiful melanjutkan, aksi pembiusan M terhadap A sebenarnya sudah direncanakan jauh-jauh hari. Pasalnya, polisi menemukan sebuah tas kecil berisi obat bius dan handuk kecil.
“Jelas ini sudah dipersiapkan sebelumnya,” kata Saiful.
Polsek Palmerah juga mencium adanya kerja sama antara M dan temannya, AD, yang juga berprofesi sebagai gigolo. Mereka diduga sudah merencanakan untuk menyita harta milik A, yang menjadi pelanggan M.
“Mereka merencanakan bersama, tetapi AD masih kami kejar,” ujar Saiful.
Adapun peran sang germo, menurut Saiful, hanya sebatas menjadi perantara antara A dan M. Tidak ditemukan indikasi keterlibatan sang germo dalam aksi M membius A.
“Germonya kami duga tidak tahu apa-apa karena hanya menerima pesanan, tetapi masih dalam pengejaran kami untuk dimintai keterangan. Jadi germo dan AD adalah orang yang beda. AD teman pelaku lain yang berprofesi sama,” ucap Saiful.
Seperti diberitakan, A, seorang perempuan muda cantik berusia 23 tahun, memesan jasa gigolo kepada seorang germo. Dari situlah A bertemu dengan M di sebuah hotel di Palmerah.
Awalnya, A meminta M memijat tubuhnya, tetapi lama-kelamaan mereka pun berhubungan intim. Seusai berhubungan intim, A memberikan upah atas jasa M. Namun, tak disangka, upah yang diberikan A jauh dari harapan M. M pun geram dan akhirnya berusaha membekap A dengan sebuah handuk kecil yang dibubuhi obat bius.
Namun, obat bius itu diduga tak berfungsi maksimal karena A mampu menahan napas. Setelah kejadian itu, A dan M kembali berdamai dan mulai membangun suasana romantis di antara keduanya. Saat itulah M lengah dan A melaporkan kejadian itu kepada sekuriti yang langsung menelepon polisi.
Polsek Metro Palmerah menahan M di Markas Polsek Metro Palmerah. M disangkakan Pasal 53 juncto 365 tentang perencanaan dan percobaan perampokan dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara.
Seorang gigolo alias pekerja seks pria tak kuasa menahan amarah saat perempuan muda yang menjadi pelanggannya memberikan upah tidak sesuai dengan harapan seusai memberi layanan kepada perempuan tersebut di Hotel MA, Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (10/5/2011) siang.
Mus (27), sang gigolo, pun nekat mengambil selembar handuk yang sudah dibubuhkan obat bius untuk membekap wanita tersebut. Namun, sialnya, perempuan pelanggannya itu mampu bertahan dari pengaruh obat bius. Alhasil, sang gigolo pun ditangkap dan kini terpaksa mendekam di Kepolisian Sektor (Polsek) Palmerah.
“Jadi, si gigolo ini sudah janjian dengan pelanggannya lewat jasa germo. Mereka janjian ketemu di Hotel MA,” kata Kepala Polsek Palmerah Kompol M Yusuf, Rabu (11/5/2011), saat dihubungi wartawan.
Perempuan itu awalnya meminta Mus untuk memberikan pijatan sampai akhirnya mereka berhubungan intim. Seusai berhubungan intim, perempuan berinisial A yang diyakini berusia 23 tahun itu lalu memberikan upah. “Rupanya upahnya itu enggak sesuai atau terlalu dikit, jadi si gigolo marah sampai nekat membekap korban,” kata Yusuf.
Anehnya, setelah gagal melancarkan aksinya, sang gigolo bersama dengan perempuan itu justru mampu kembali membangun suasana romantis. Akan tetapi, di saat itulah Mus lengah dan korbannya melapor ke sekuriti setempat. Tak beberapa lama polisi datang dan meringkus sang gigolo.
Mus kini harus mendekam di Polsek Palmerah atas tuduhan melakukan pembiusan dan percobaan pencurian.

Sumber: Google, http://detektifromantika.wordpress.com/
»»  Read More...

Wanita Cantik Jadi Korban Pelecehan Seksual Di Bus Kota Hingga Terkena Sperma Pelaku [ Indivudu, Keluarga & Masyarakat ]

Melakukan pelecehan seks terhadap wanita di buskota, lelaki penumpang Patas 213 jurusan Grogol-Kampung Melayu dihajar massa di Bundaran HI Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat malam (13/5). Tersangka Supri, 43, warga Jalan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sebelum dibekuk massa usai melakukan pelecehan seks sempat kabur. Sedangkan wanita korban berinsial Dd, 20, warga Duren Sawit, Jaktim, melaporkan ke Polres Jakpus.

Sekitar pukul 19:00, wanita berparas cantik ini duduk teridur di dalam bus. Saat itu penumpang berjubel, dan pria kelainan seks itu berdiri di samping wanita tersebut. Melihat paha mulus karena rok wanita cantik itu tersingkap, libido pria bejat tersebut langsung tegang. Ia kemudian membuka sleting celana dan mengeluarkan alat vital.

Sambil ditutupi koran, Supri melakukan onani di dekat pundak penumpang wanita tersebut, sampai mengeluarkan sperma yang memuncrat ke pipi dan jatuh di paha korban yang tersingkap tersebut. Spontan korban teriak, sehingga mengagetkan penumpang lainnya.

Mengetahui penumpang menanyakan perihal teriakan korban, pelaku kabur meloncat dari bus. Tetapi dikejar oleh penumpang dan dihajar sampai bonyok. Pelaku kemudian diserahkan ke pos polisi di Jalan Thamrin. “Pelaku akan dikenakan pasal 281 KUHP dengan ancaman 2 tahun 8 bulan penjara,” tegas Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Jakpus, AKP Sintike, SH.
Sumber : Google, http://detektifromantika.wordpress.com
»»  Read More...

Kenapa Anda memeluk agama tertentu, dan kenapa pindah agama? [ Agama & Masyarakat ]

Kenapa seseoang memeluk agama tertentu, dan bukan agama lain? Kenapa seseorang menjadi Muslim, yang lain Kristen, yang lain lagi Hindu, yang lainnya lagi Budha, dan seterusnya? Apakah keanggotaan seseoang dalam agama tertentu adalah hasil keputusan yang bersangkutan, atau karena "kebetulan sosial"? Kalau seseorang lahir dalam keluarga Muslim, apakah tidak dengan sendirinya ia akan menjadi Muslim pula? Jika orang yang sama lahir dalam keluarga Kristen, bukankah kemungkinan besar dia akan menjadi Kristen? Jika benar demikian, apakah agama adalah sesuatu yang "diberikan" oleh masyarakat, bukan sesuatu yang kita pilih sendiri secara bebas?
Esei pendek ini akan mencoba menjawab masalah ini. Isu ini sebetulnya telah menjadi bahan studi tersendiri di kalangan sarjana dalam rubrik besar yang disebut dengan "konversi" atau gejala pindah agama. Konversi bukan saja fenomena individual, tetapi juga komunal, sosial, dan bahkan memiliki implikasi lebih luas lagi pada level "pembentukan sebuah peradaban". Studi-studi mengenai masalah ini bisa dibaca melalui beberapa buku seperti Conversion to Christianity: Historical and Anthropological Perspectives on a Great Transformation (1993) yang disunting oleh Prof. Robert Hefner. Buku lain yang lebih menyoroti aspek konversi dalam konteks Islam adalah Conversion to Islam (1979) suntingan Nehemia Levtzion. Kenapa seseorang memeluk atau pindah ke agama tertentu bisa dijawab dengan dua pendekatan. Yang pertama adalah pendekatan dari "dalam", dan kedua pendekatan dari "luar". Pendekatan dari dalam maksudnya adalah melihat masalah ini dari sudut pandang pemeluk agama tertentu; sementara pendekatan dari luar mencoba melihatnya dari kaca-mata sosiologis, yakni meletakkan masalah ini sebagai gejala sosial yang dapat kita amati bersama, tanpa memperdulikan bagaimana sudut pandang pemeluk agama itu. Saya akan mulai dari sudut pandang dari dalam. Dilihat dari "dalam", fakta bahwa seseorang memeluk agama tertentu biasanya dijelaskan dengan berbagai cara. Dalam konteks Islam, misalnya, hal itu dijelaskan dengan konsep "hidayah" atau petunjuk. Dalam pandangan seorang Muslim, seseorang menjadi Muslim, entah sejak lahir atau sesudah dewasa, karena yang bersangkutan mendapat petunjuk (hidayah) dari Tuhan. Konsep ini mengandaikan bahwa yang bersangkutan, sebelum masuk Islam, berada dalam keadaan tersesat (dlalal). Dalam Islam dikenal konsep tentang "jalan yang lurus" (al-sirat al-mustaqim). Meskipun istilah ini sering dipakai oleh umat Islam dalam konteks eskatologi (doktrin atau ajaran tentang hari akhir--yaum al-qiyama), tetapi konsep tersebut juga sering dipakai untuk menunjuk agama Islam itu sendiri. "Jalan yang lurus", dengan demikian, bukan saja merujuk kepada "jembatan ujian" ("titian serambut dibelah tujuh", meminjam judul film arahan Asrul Sani dulu) yang terbentang di atas neraka kelak untuk menguji iman seseorang, tetapi juga merujuk kepada agama Islam. Islam adalah jalan yang lurus. Seseorang yang tidak mengikuti jalan ini dianggap sebagai berada dalam jalur yang sesat, menyimpang. Jika seseorang masuk Islam, ia mendapatkan petunjuk untuk kembali ke jalan yang lempang dan benar. Konsep serupa, meskipun tidak mirip sama, kita temukan dalam agama Kristen. Di sana, misalnya, dikenal konsep tentang keselamatan. Seseorang yang memeluk agama Kristen dilihat sebagai orang yang terselamatkan. Manusia sering digambarkan sebagai domba-domba (sheep), sementara para pendeta dan pelayan Tuhan disebut sebagai gembala (sheperd). Dalam Injil Yohanes 10:11, misalnya, Yesus menyebut dirinya sebagai "gembala yang baik" (I am the good sheperd, demikian dikatakan dalam John 10:11). Oleh karena itu, dalam kalangan Kristen lazim kita kenal ungkapan "domba-domba yang tersesat", yakni manusia yang belum mengikuti jalan Kristus. Jika seseorang mengikuti jalan itu, maka ia disebut sebagai "domba yang terselamatkan". Konsep ini kurang lebih mirip dengan konsep "hidayah" dalam Islam. Keduanya melihat mereka yang bergabung dalam komunitas agama sebagai orang-orang yang berada dalam jalan lurus, jalan keselamatan menuju sorga. Mereka yang ada di luar itu adalah tersesat. Dalam konsep hidayah sebagaimana dikenal dalam Islam, terkandung suatu gagasan tentang "intervensi Tuhan". Seseorang masuk dalam Islam bukan semata-mata karena keputusan dia sendiri, tetapi juga intervensi Tuhan. Seseorang bisa saja mengetahui dengan baik bahwa Islam adalah agama yang benar, tetapi belum tentu ia mau masuk ke dalamnya. Contoh yang sering dipakai oleh kalangan Islam adalah kaum orientalis, yakni sarjana non-Muslim yang dengan tekun dan simpatik (atau boleh juga non-simpatik) mempelajari Islam, tetapi ia tidak menjadi Muslim. Oleh umat Islam, gejala seperti ini dijelaskan dengan konsep "hidayah": karena orientalis bersangkutan belum mendapat petunjuk dari Tuhan, maka dia tak mau masuk Islam, walau dia telah belajar tentang ajaran Islam secara mendalam. Berkaitan dengan soal "hidayah" ini, ada sebuah anekdot yang menarik. Seorang antropolog "bule" dari Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat, pernah melakukan penelitian lapangan di pesantren Darut Tauhid asuhan da'i kondang, KH. Abdullah Gymnastiar atau dikenal sebagai Aa Gym. Melihat si bule dengan simpatik melakukan penelitian tentang pesantren, kegiatan dakwah Aa Gym, dan Islam secara umum, salah seorang santri di sana terheran-heran: kalau si bule itu meneliti kegiatan dakwah Islam dengan penuh simpatik, kenapa dia tak masuk Islam saja. Lalu si santri itu memberanikan diri bertanya, "Tuan, kenapa anda tak masuk Islam saja, toh anda kelihatan begitu simpatik pada agama kami, dan mengetahui dengan baik tentang agama kami?" Si bule rupanya tak pernah berpikir akan menghadapai pertanyaan seperti itu. Dia datang ke Pesantren Darut Tauhid untuk melakukan penelitian ilmiah. Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang dakwah Islam, dia harus masuk ke dalam komunitas yang menyelenggarakan dakwah, dan mencoba memahaminya secara simpatik, bukan menilainya menurut standar nilai yang berasal dari luar. Itulah sikap ilmiah yang dikenal dalam kajian antropologi. Karena bingung mencari jawaban, si bule punya ide agak "nakal". Dia bilang, "Saya belum mendapatkan hidayah, sehingga saya tidak masuk Islam". Si santri langsung diam. Jawaban si bule, rupanya, tepat mengenai sasaran dan dapat dimengerti oleh si santri yang memahami dengan baik hubungan antara konsep hidayah dengan keputusan seseorang untuk masuk Islam. Bagaimana penjelasan dari luar? Bagaimana menjelaskan seseorang masuk suatu agama tertentu dari sudut pandangan sosiologis? Kalau kita menelaah dengan cermat bagaimana sesearang masuk kedalam komunitas agama tertentu, akan kelihatan pola-pola berikut ini. Pertama, umumnya seseorang masuk atau pindah agama karena faktor keluarga atau masyarakat sekitar. Seorang yang lahir dalam keluarga Muslim dengan sendirinya akan menjadi Muslim. Begitu pula yang lahir dalam keluarga Kristen, Hindu, Budha, atau yang lain, ia akan mengikuti agama keluarga itu. Dengan kata lain, seseorang menjadi, katakanlah, Muslim bukan karena faktor "kebetulan sosial". Umumnya orang-orang Muslim memeluk agam Islam bukan karena pilihan yang bebas, tetapi karena faktor eksternal, yakni keluarga dan masyarakat. Kedua, konversi atau pindah agama karena keputusan dan pilihan yang bebas adalah gejala yang jarang terjadi. Kalau kita lihat sejarah perkembangan Islam sendiri pada masa Nabi, pola serupa bisa kita temukan pula. Setelah Nabi berhasil menaklukkan kota Mekah pada 8 Ramadan, 10 H atau Januari 630 M, puluhan ribu orang Arab berbondong-bondong masuk Islam. Umumnya, mereka masuk Islam bukan karena "pilihan yang bebas", tetapi karena melihat suatu kenyataan yang tak bisa mereka tolak, yakni Islam menjadi agama yang secara "politik" menang di tanah Arab. Bergabung dalam agama "baru" itu tentu akan lebih menguntungkan ketimbang bertahan dalam "agama lama" yang sudah kalah dan merosot. Dengan kata lain, mereka yang masuk Islam karena alasan politik pada saat itu jauh lebih banyak ketimbang masyarakat Arab yang masuk Islam karena "kesadaran intrinsik" seperti kasus yang terjadi pada sejumlah sahabat utama yang masuk Islam pada era awal. Contoh yang terkenal adalah Umar ibn Khattab yang masuk Islam karena suatu "momen puitis" yang mengharukan. Sebagaimana kita tahu, Umar masuk Islam setelah mendengar lantunan ayat Qur'an yang dibacakan oleh saudara perempuannya. Mendengar ayat-ayat Qur'an yang "tak lazim", Umar seperti terserang "setrum" karena takjub atas ayat-ayat itu. Ia langsung memeluk agama baru itu. Menjadi Muslim a la Umar ini sudah jarang terjadi pada masa-masa dakwah Nabi paska-penaklukan Mekah. Itulah yang menjelaskan kenapa begitu Nabi wafat, ribuan orang-orang Arab meninggalkan Islam dan kembali ke agama mereka yang lama. Mereka masuk Islam lebih karena alasan politik, dan karena itu Islam tidaklah masuk dan menghunjam dalam jiwa mereka. Dalam masyarakat pra-modern, pindah agama karana alasan politik, komunal, atau hubungan-hubungan sosial yang lain sangat lazim. Pada masa lampau, masyarakat biasanya mengikuti agama sang raja. Dalam Eropa abad pertengahan, dikenal suatu ungkapan Latin, cuius regio eius religio, siapa memliki wilayah, ia memiliki agama pula. Dengan kata lain, siapapun yang berkuasa dalam suatu negara, maka ia berhak menentukan agama yang harus dipeluk oleh seluruh penduduk dalam negara itu. Inilah yang menjelaskan kenapa pada zaman pra-modern dulu, seorang raja yang pindah ke agama baru akan diikuti oleh sebagian besar penduduknya. Bagi kaum misionaris, hal ini tentu menguntungkan sekali. Jika seorang misionaris atau da'i berhasil meyakinkan sang raja untuk masuk ke agama tertentu, maka keuntungan yang diperoleh bisa berlipat-lipat: bukan hanya raja saja yang akan pindah agama, tetapi juga seluruh, atau sekurang-kurangnya sebagian besar, penduduk. Selain, agama itu akan mendapat pengaruh politik yang lebih luas. Ini adalah contoh pindah agama karena faktor politik yang lazim dan sering terjadi dalam sejarah pra-modern, bukan hanya dalam kasus Islam, tetapi juga agama-agama lain. Gejala pindah agama karena keputusan yang bebas makin sering kita lihat dalam era modern sekarang ini. Ini tentu berkaitan dengan makin kuatnya konsep individualisme, selain konsep hak asasi yang cenderung memandang agama dan keyakinan sebagai pilihan pribadi. Gejala ini makin luas terjadi di negeri-negeri Barat. Ribuan orang di Amerika, misalnya, menjadi Muslim setiap tahun, bukan karena paksaan keluarga atau masyarakat, tetapi karena pilihan pribadi yang bebas. Begitu juga kita melihat ribuan orang Amerika yang meminati ajaran Budha dan ajaran-ajaran spiritualitas dari Timur; semuanya itu karena pilihan yang bebas. Tetapi, gejala pindah agama secara sukarela itu tetap lebih kecil dan terbatas jika dibandingkan dengan pola beragama yang konvensional yang sudah kita kenal selama ini, yakni beragama karena mengikuti tradisi keluarga atau masyarakat yang ada. Dengan kata lain, secara sosiologis, umumnya seseorang menjadi Muslim, Kristen, Hindu, Budha atau yang lainnya bukan karena hidayah, petunjuk, pencerahan yang datang dari Tuhan, karena intervensi dari "atas", tetapi karena lingkungan sosial. Kalau mau, anda bisa mengatakan: karena "kebetulan sosial". Ketiga, seseorang yang memeluk agama karena faktor komunal atau lingkungan sosial bukan berarti ia memeluk agama itu dengan terpaksa. Ia memang menerima agama dari keluarga atau lingkungan sosial di sekitarnya, dan untuk itu dia tak bisa memilih. Tetapi, setelah dewasa, ia pelan-pelan mempelajari agama itu dan melakukan internalisasi atau pembatinan atas doktrin-doktrinnya. Agama yang semula ia terima secara "alamiah", kemudian mengalami internalisasi. Setelah dewasa, ia bisa memilih tetap dalam agamanya, atau keluar. Ketika memilih tetap berada dalam agama yang ia peroleh dari lingkungan sekitar, maka di situ dia telah mengambil suatu keputusan. Dengan kata lain,setelah yang bersangkutan beranjak dewasa, agama yang semula "diberikan" oleh lingkungan, menjadi agama yang ia "pilih" dengan bebas. Tetapi, gejala lain juga layak kita perhitungkan. Banyak pula kita saksikan orang-orang yang menerima agama dari keluarga dan lingkungan sekitar sejak kecil, dan ia tak berusaha lebih lanjut untuk mempelajari dengan baik agama itu, sehingga dengan demikian ia mampu mengubah agama yang semula "terberi" menjadi agama yang dipilih dengan bebas. Dalam konteks Islam, kita mengenal istilah "Muslim nominal", misalnya, yakni seseorang yang memeluk Islam dari segi nama saja, tanpa memahami ajaran agama itu dengan baik. Muslim nominal adalah bentuk dari keberagamaan komunal yang lazim kita lihat dalam masyarakat. Bagi mereka, agama bukan merupakan "tindakan rohaniah" yang melibatkan keputusan yang bebas dan penuh kesadaran, tetapi identitas komunal belaka. Mereka bisa marah luar biasa saat simbol-simbol agama yang ia peluk dicederai oleh orang lain, terutama "orang lain" yang dianggap musuh, walaupun ia tak pernah menjalankan ibadah dengan baik.
Sumber : Google, http://groups.google.com/group/soc.culture.indonesia/browse_thread/thread/0799d2c251ca7917/bf6bba80415248f1?pli=1
»»  Read More...

Masyarakat Miskin

Secara khusus di Indonesia, sejak 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan, ternyata belum seutuhnya membebaskan masyarakat Indonesia dari keterbelakangan. Pada kurun waktu yang lama, gagasan membangun [rencana pembangunan yang bertahap] sesuai Repelita dan Pelita, yang menjadi Kebijakan Top Down Orde Baru, ternyata tidak sanggup meniadakan kemiskinan. Di dalam frame Repelita dan pelita, dengan alasan stabilitas, terjadi penindasan serta penyingkiran terhadap masyarakat yang menolak kebijakan top down. Mereka disingkirkan karena dituduh sebagai penghambat pembangunan dan kemajuan. Tidak semua pembangunan fisik dan spiritual memperhatikan kepentingan masyarakat. Akibatnya, tujuan pembangunan nasional untuk menciptakan atau mencapai masyarakat adil dan makmur sesuai nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pembukaan UUD 45, hanya terwujud pada sebagian masyarakat atau kolompok yang dekat dengan pusat kekuasaan tingkat pusat sampai di pelosok-pelosok negeri. Dan paradoksnya adalah, di sana-sini, tercipta komunitas masyarakat tersisih dan tertinggal karena korban pembangunan sebagai si miskin. Lalu, di manakah kita?
Menelusuri sumber kemunculan kaum miskin merupakan sesuatu yang cukup kompleks; ada beberapa catatan yang bisa menjadi acuan tentang adanya kaum miskin dengan kemiskinannya [terutama di Indonesia], yaitu: Mereka ada karena angka kelahiran yang tinggi Kelompok masyarakat yang tidak maju [untuk sementara kita memakai kaca mata kemajuan] sering disebut kaum miskin yang sarat dengan kemiskinan. Kaum miskin [plus kemiskinan] ini juga mengalami pertumbuhan dengan pesat atau bertambah banyak jumlahnya [terutama karena angka kelahiran yang tingi]. Angka kelahiran kaum miskin di negara-negara dunia ketiga [termasuk pada wilayah-wilayah tertentu di Indonesia] yang tinggi, pada konteks tertentu, tidak seimbang dengan tingkat kematian. Pertumbuhan kaum miskin yang sangat pesat ini terjadi hampir semua lokasi atau tempat mereka berada. Dengan demikian, pada umumnya mereka [kaum miskin] hampir tidak mempunyai apa-apa selain anak [anak-anak]; karena mereka tidak banyak berbuat apa-apa, selain prokreasi dan reproduksi. Mereka tetap miskin karena menutup diri dari pengaruh luar Tatanan serta keteraturan suatu komunitas masyarakat [di lokasi komunitas itu] merupakan warisan secara turun-temurun. Dan jika komunitas itu mempunyai kontak dengan yang lain, maka akan terjadi saling meniru kemudian masing-masing mengembangkan hasil tiruan itu sesuai dengan sikonnya. Dengan itu, dapat dipahami bahwa hubungan sosial [antar manusia, dan antar masyarakat] bersifat mempengaruhi satu sama lain. Namun, tidak menutup kemungkinan, walau terjadi interaksi, ada kelompok atau komunitas masyarakat [karena situasi tertentu] yang tidak mengembangkan diri, sehingga tetap berada pola-pola hidup dan kehidupan statis. Akibatnya, mereka tidak mengalami kemajuan yang berarti; [sekali lagi, dengan kaca mata kemajuan], mereka tetap dalam keberadaanya yaitu kemiskinan. Mereka tercipta karena korban ketidakadilan para pengusaha Kemajuan sebagian masyarakat global [termasuk Indonesia] yang mencapai era teknologi dan industri ternyata tidak bisa menjadi gerbong penarik untuk menarik sesamanya agar mencapai kesetaraan. Para pengusaha teknologi dan industri tetap membutuhkan kaum miskin yang pendidikannya terbatas untuk dipekerjakan sebagai buruh. Dan dengan itu, karena alasan kurang pendidikan, mereka dibayar di bawah standar atau sangat rendah, serta umumnya, tanpa tunjangan kesehatan, transportasi, uang makan, dan lain sebagianya. Para buruh tersebut harus menerima keadaan itu karena membutuhkan nasi dan pakaian untuk bertahan hidup. Akibatnya, menjadikan mereka tidak mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Secara langsung, mereka telah menjadi korban ketidakadilan para pengusaha [konglomerat] hitam yang sekaligus sebagai penindas sesama manusia dan pencipta langgengnya kemiskinan. Para buruh [laki-laki dan perempuan] harus menderita karena bekerja selama 12 jam per hari [bahkan lebih], walau upahnya tak memadai. Kondisi buruk yang dialami oleh para buruh tersebut juga membuat dirinya semakin terpuruk di tengah lingkungan sosial kemajuan di sekitarnya [terutama para buruh migran pada wilayah metropolitan]. Sistem kerja yang hanya mengutamakan keuntungan majikan, telah memaksa para buruh untuk bekerja demikian keras. Sehingga kehidupan yang standar, wajar dan normal, yang seharusnya dialami oleh para buruh, tidak lagi dinikmati oleh mereka. Fisik dan mental para buruh [yang giat bekerja tetapi tetap miskin], telah dipaksa menjadi bagian dari instrumen mekanis. Mereka dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan irama, kecepatan dan ritme mesin-mesin pabrik dan ritme bising mesin otomotif; mesin-mesin itu, memberikan perubahan dan keuntungan pada pemiliknya, namun sang buruh tetap berada pada kondisi kemiskinan. Dengan tuntutan itu, mereka tak memiliki kebebasan, kecuali hanya untuk melakukan aktivitas pokok makhluk hidup [makan, minum, tidur], di sekitar mesin-mesin yang menjadi tanggungjawabnya. Mereka tetap ada karena adanya pembiaran-pembiaran yang dilakukan oleh penguasa dan pengusaha Sikon hidup dan kehidupan komunitas masyarakat [mereka yang tersisih dan tertinggal] miskin diperparah lagi dengan tanpa kesempatan memperoleh pendidikan, tingkat kesehatan rendah, serta berbagai keterbatasan dan ketidakmampuan lainnya. Mereka ada di mana-mana, pada daerah terpencil, di tepi-tepi pantai, pinggiran kali dan rel kereta api, bahkan wilayah-wilayah atau daerah-daerah kumuh di perkotaan. Kompleksitas masyarakat miskin seperti itu, sengaja dibiarkan begitu saja oleh para penguasa dan pengusaha agar tetap terjadi suatu ketergantungan. Jika ada bencana alam, mereka dibutuhkan agar bisa melakukan charity advertenrial, atau tindakan bantuan sosial yang mengandung nilai iklan bahwa sang pemberi bantuan sebagai orang baik hati serta mempunyai kepedulian kepada kaum miskin [misalnya, jika terjadi bencana [tsunami, banjir, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran]. Perhatian kepada kaum miskin yang hanya berupa charity advertenrial ini, bisa dan biasa dilakukan oleh pejabat, penguasa, tokoh agama, politik, artis, dan lain sebagainya. Dengan itu menghasilkan kaum miskin yang tetap menengadah tangan untuk meminta belaskasihan akibat penderitaannya. Mereka memeriksa kesehatan jika ada bhakti sosial kesehatan; makan dengan nilai gizi baik karena ada bantuan serta droping pangan, dan seterusnya. Mereka dihitung, jika tiba saat membutuhkan dukungan suara agar menjadi pemimpin daerah ataupun anggota legislatif. Mereka diperlukan, jika ingin melakukan demonstrasi [plus kerusuhan] melawan pemerintah. Bahkan, jumlah mereka dikurangi karena salah satu ukuran keberhasilan pemerintah adalah berkurangnya masyarakat atau orang miskin. Ataupun, jumlah mereka ditambah karena dipakai oleh kaum oposan [kaum oposisi yang dimaksud adalah orang-orang di luar lingkaran pemerintah] sebagai salah satu tolok ukur ketidakberhasilan serta ketidakbecusan pemerintah mengelola negara. Sementara itu, andil penguasa wilayah dan nasional [yang sering berkonspirasi dengan pengusaha hitam] untuk meningkatkan pertumbuhan masyarakat miskin pun cukup besar. Berbagai rekayasa jahat, pengusaha [konglomerat hitam] memakai tangan-tangan kotor penguasa untuk membebaskan lahan [dengan alasan pembangunan fasilitas umum] dengan nilai harga di bawah standar. Lahan atau persil dengan mudah berpindah kepemilikan [kepada para penguasa hitam dan jahat], karena pemiliknya [biasanya mereka adalah penduduk asli yang kurang pendidikan] tergiur sejumlah rupiah. Namun, karena ketidakmampuan memanage keuangan, dalam tempo tidak terlalu lama mereka menjadi kaum miskin baru [walau sesaat yang lalu mereka adalah orang kaya baru karena menjual tanah]. Seringkali penguasa dengan slogan politis memerangi kemiskinan, maka siapapun yang mengganggu stabilitas sosial, ekonomi, politik dan keamanan serta pembangunan [akan] dianggap sebagai musuh. Karena itu banyak tanah milik komunitas suku bangsa yang tiba-tiba diperlukan area perkebunan, bandara, lapangan golf, pabrik, dan lain-lain. Ketika mereka [pemilik tanah] mempertahankan kepemilikannya, mereka dianggap sebagai penghambat pembangunan. Demikian juga, penyingkiran terhadap masyarakat, jika wilayah atau di alam bumi pada lokasi tempat tinggal mereka mengandung mineral atau barang tambang lainnya. Banyak masyarakat yang bermukim di tempat yang dianggap salah karena desanya lebih menguntungkan untuk dibangun waduk raksasa. Demikian pula ada masyarakat yang tiba-tiba harus menerima nasib untuk dipindahkan dari wilayah permukimannya, karena tanah mereka lebih cocok untuk proyek [mercu suar] pembangunan, serta tempat latihan perang. Dan tidak sedikit masyarakat kota tadinya berkecukupan tersingkir ke wilayah pinggiran dengan kemiskinan. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya menjadi kaum urban yang mengemis serta mengais-ngais sampah di metropolitan untuk mempertahankan hidupnya. Di sini, jelas bahwa adanya kaum miskin bukan semata-mata karena sebagai paradoks pembangunan, tetapi juga karena pembiaran-pembiaran pengusaha dan penguasa terhadap keberadaan mereka agar sewaktu-waktu dapat dipakai atau difungsikan sebagai salah satu alat untuk mencapai kedudukan, ketenaran, kekuasaan, serta rencana kejahatan yang tersembunyi. Mereka menjadi miskin karena manajemen keluarga yang buruk Pada umumnya, pada masyarakat [kota dan desa] ada orang-orang yang dikategorikan sebagai orang kaya. Dalam arti mereka mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan lainnya. Pada masyarakat desa, kelebihan mereka yang disebut orang kaya antara lain mempunyai beberapa persil tanah, lebih dari satu bidang sawah serta ladang, memiliki puluhan atau ratusan ekor ternak, bahkan mempunyai lebih dari satu isteri. Sedangkan pada masyarakat perkotaan, mereka mempunyai lebih dari satu rumah dan mobil, tabungan dan deposito, pekerjaan yang mapan, dan lain-lain. Walau mungkin tidak bisa menjadi acuan, penilaian tentang ciri-ciri orang kaya seperti itu, sudah menjadi pandangan umum dalam masyarakat. Namun, sejalan dengan perubahan waktu, keturunan [pada umumnya generasi ketiga dan keempat] orang-orang yang tadinya kaya tersebut ternyata menjadi miskin. Masyarakat atau orang lain yang mengenalnya hanya bisa bercerita dan mengenang orang tua atau kakek dan nenek mereka yang kaya raya. Mengapa kondisi tersebut bisa terjadi? Hal tersebut terjadi karena keluarga-keluarga kaya itu salah memanage keuangan ataupun harta bendanya. Bisa saja terjadi, anak-anak orang kaya [karena mengandalkan kekayaannya] tidak mau menata diri dengan pendidikan yang baik, akibatnya mereka menjadi orang kaya yang bodoh. Dalam sikon kebodohan itu, mereka tidak mampu mengelola hartanya dengan baik dan benar. Mereka hanya bisa menjual harta benda untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan. Akibatnya dalam kurun waktu tertentu harta benda mereka habis, sehingga lambat laun mereka menjadi miskin. Sumber: Google
»»  Read More...

Anak jalanan atau biasa disingkat anjal adalah potret kehidupan anak-anak yang kesehariannya sudah akrab dijalanan. Dan mungkin kita sudah tidak asing tentang sosok ini, karena disetiap penjuru kota, kita dapat dengan mudah menemukan mereka.
Lalu apa sebenarnya yang terjadi dengan anak-anak ini? Mereka yang tergolong kecil dan masih dalam tanggung jawab orang tuanya harus berjuang meneruskan hidup sebagai anak jalanan dan terkadang mereka menjadi sasaran tindak kekerasan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Tapi ada juga sebagian orang tua yang dengan alasan untuk membantu ekonomi keluarga, menganjurkan agar anak-anaknya untuk menghabiskan masa kecilnya sebagai anak jalanan. Sumber: Google
»»  Read More...

Dampak PD2 bagi Indonesia

Perang Dunia II memberikan dampak yang luas dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut ini dampak PD II dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan kerohanian.
Pengaruh Perang Dunia II bagi Indonesia Terjadinya PD II secara tidak langsung berpengaruh terhadap kehidupan politik dan pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1942 Jepang berhasil mengalahkan Belanda, maka posisi Belanda Indonesia diambil alih oleh Jepang. Artinya Indonesia mulai dijajah oleh Jepang. Masa pendudukan Jepang berjalan sekitar 3,5 tahun. Berbagai kebijakan Jepang di Indonesia diarahkan untuk memperkuat kekuatan militer. Selain itu untuk ikut mendukung kemenangannya dalam menghadapi Sekutu. Perang Dunia II juga berpengaruh bagi Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Setelah Jepang kalah menyerah kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945, Indonesia dalam keadaan “vacuum of power” (kekosongan kekuasaan). Jepang sudah menyerah berarti tidak mempunyai hak memerintah Indonesia, sementara Sekutu, saat itu belum datang. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan.
»»  Read More...

Sosialisai Seks Bebas Untuk Remaja

WARNING !!!! Hindari Sex Bebas di Kalangan Remaja! Semalam adalah acara 2 Dasawarsa Komunitas Pecinta Alam Janggala Ponorogo Wah ternyata suah tua ya? Acara di laksanakan malam hari dan berjalan lancar dan sukses! Setelah pemotongan tumpeng dan penyerahan tumpeng kepada Anak Pala paling muda di lanjutkan istirahat dan makan-makan. Acara Formal sudah selesai dan di lanjutkan Sosialisasi Tentang Tumbuh Kembang Remaja dan Hindari Sex Bebas! oleh (KRR Ponorogo ) Kesehatan Reproduksi Remaja Ponorogo. Banyak hal yang di jelaskan tentang kesehatan Remaja, Proses Perbahan kedewasaan dll. Menurut saya Sosialisasi tentang bahaya Sex bebas dan Aids memang sangat perlu! Banyak remaja jaman sekarang yang melakukan berbagai adegan mesum dan gilaya sampai di video. Hem Semoga saya tidak begono dan jangan sampai deh! Apa sih perubahan yang kita alami dan rasakan waktu tumbuh dewasa? Buat yang Cowok 1. Badan lebih berotot, Terutama bagian bahu dan dada *gue banget neh* 2. Pertambahan Berat dan tinggi badan * Gua juga neh* 3. Suara berubah lebih besar *aku juga neh* 4. Tumbuh rambut di ketiak, alat kelamin, kaki tangan dan juga wajah *aku maneh* 5. Buah zakar (pelir) menjadi besar dan berisi kalo terangsang dapat mengeluarkan sperma (ejakulasi) * hihihi* 6. Mengalami mimpi basah *aku juga pernah* Nah Kalau kalian yang baru dewasa dan mengalami siklus di atas berarti kalian InsyAllah Normal! *Kayak Jidat* Buat yang Cewek 1. Pertambahan Tinggi badan 2. Tumbuh rambut di sekitar kelamin dan ketiak 3. Payudara (susu, tetek) Mulai membesar (Susu gede) (mmm) 4. Panggul makin gedhe 5. Mengalami Haid atau menstrulasi pertama (menarche) Nah buat kalian cewek-cewek yang mengalami kaya diatas berarti kalian normal *aku mencarimu* Kapan sih masa Akil Balig itu? Pada umumnya masa akil-balig anak perempuan 1-2 tahun lebih awal dari pada anak laki-laki, Buat yang cewek di usia sekitar 11-12 tahun sedangkan yang cowok sekitar 13-14 tahun wah berarti saya yang sekarang berumur 17 tahun lebih 1 bulan sudah balig ya? (idiot) hee Perubahan Yang umum lainnya! Pada masa remaja kita akan lebih senang berkumpul di luar rumah, lebih sering membantah orang tua dan juga sering bohong ke orang tua, ingin selalu menonjolkan diri, kurang pertimbangan dan ini semua mudah terpengaruh teman. betul kata bang haji * Masa muda, masa yang berapi-api* Untuk Kamu yang cewek saat menjelang haid biasanya menjadi perasa yang mudah tersinggung, mudah sedih, marah dan cemas tanpa alasan! *hemm pantesan pacaraku dulu gitu* Kita mulai tertarik pada lawan jenis, buat yang cewek mulai mempercantik diri dan yang cowok ingin selalu memperlihatkan kejantanannya! (dance) Perubahan kejiwaan yang lain adalah kurang Percaya Diri (rendah diri, malu, cemas, dan bimbang) dan kamu jadi salah tingkah bila menukai lawan jenis. Hal ini wajar nda! MIMPI BASAH, BAGAIMANA BISA TERJADI ? Ketika seseorang laki-laki memasuki masa pubertas, terjadi pematangan sperma didalam testis. Sperma yang telah diproduksi ini akan dikeluarkan melalui Vas Deferens kemudian berada dalam cairang mani yang diproduksi oleh kelenjar prostat. Air mani yang telah mengandung sperma ini akan keluar yang disebut ejakulasi. Ejakulasi yang tanpa rangsangan yang nyata disebut mimpi basah. Masturbasi adalah memberikan rangsangan pada penis dengan gerakan tangan sendiri sehingga timbul ereksi yang disusul dengan ejakulasi, atau disebut juga onani. KEHAMILAN. Merupakan akibat utama dari hubungan seksual. Kehamilan dapat terjadi bila dalam berhubungan seksual terjadi pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel sperma. Proses kehamilan dapat diilustrasikan sebagai berikut : 1. Sel telur yang keluar dari indung telur pada saat ovulasi akan masuk kedalam sel telur. 2. Sperma yang tumpah didalam saluran vagina waktu senggama akan bergerak masuk kedalam rahim dan selanjutnya ke saluran telur. 3. Di saluran telur ini, sperma akan bertemu dengan sel telur dan langsung membuahi. Tanda-tanda kehamilan : 1. Sering mual-mual, muntah dan pusing pada saat bangun tidur (morning sickness) atau sepanjang hari. 2. Mengantuk, lemas, letih dan lesu. 3. Amenorhea (tidak mengalami haid). 4. Nafsu makan menurun, namun pada saat tertentu menghendaki makanan tertentu (nyidam). 5. Dibuktikan melalui tes laboratorium yaitu HCG Test dan USG. 6. Perubahan fisik seperti payudara membesar dan sering mengeras, daerah sekitar Aerola Mammae (sekitar puting) membesar. Nah buat yang belum nikah jangan coba-coba ya! Selain Dosa secara mental dan sosial cewek berusia kurang dari 20 tahun belum siap untuk menjadi ibu. Sebaiknya di tunda dulu hubungan sexsnya, nunggu sampai nikah *kalo gak tahan ya anu* Karena HUBUNGAN SEKS YANG BAIK, SEHAT AMAN DAN HALAL adalah yang dilakukan dengan katan Pernikahan yang Sah! Sumber: Google
»»  Read More...

Putus Sekolah Jadi PSK

Ditengah-tengah kondisi ekonomi yang semakin terhimpit, banyak sekali calon penerus bangsa yang harus rela putus sekolah. Tapi yang memperihatinkan adalah, ternyata jumlah pekerja seks remaja dibawah umur lebih banyak dibandingkan jumlah anak putus sekolah ! Yang lebih fantasis lagi, hasil survey menyatakan 70% pekerja seks di Indonesia terdiri dari remaja berusia 15 sampai 24 tahun. Dan tiap tahunnya angka tersebut meningkat hingga 30%. Siswi sekolah yang terlibat sangat pandai menyembunyikan profesi mereka. Pagi dan siang hari mereka beraktifitas dan berpenampilan layaknya anak seumuran mereka, saat sore datang, mereka bersolek dan berpenampilan seperti orang dewasa. Diketahui, dunia yang mereka jalani ini lantaran karena tuntutan pergaulan yang berawal dari dugem, hingga ajakan teman. Tentunya semua itu dapat mereka jalani didukung oleh faktor broken home, orang tua yang terlampau sibuk, kekerasan dalam rumah tangga, hingga lepas dari pengawasan kedua orang tua. Gemerlap dunia malam hingga penghasilan besar yang menggiurkan, membuat mereka semakin tak ingin lepas dari segala kemewahan yang mereka dapat. Bagaimana tidak, untuk sekali kencan dipatok mulai dari 750 ribu hingga 1,5 juta rupiah, sedangkan untuk layanan panjang sampai pagi berkisar 1,5 hingga 4 juta rupiah. Tentunya bukan nominal yang sedikit untuk para pelajar. Dalam aksinya mereka tidak jalan sendiri. Melalui jasa mucikari yang biasa disebut mami atau papi, bertugas mengatur janji dengan para pelanggan melalui telpon, menentukan waktu, hingga menjamin keamanan tempat. Untuk keamanan mereka tidak beroperasi di hotel, mall atau jalan, mereka lebih memlih caffe atau menyewa villa. Penyedia jasa mucikari biasanya membuka jaringan melalui jejaring sosial / facebook. Dengan alasan lebih banyak duitnya, adapun pelanggan yang menjadi sasaran mereka diantaranya para pengusaha, bisnis man, dan eksekutif muda. Untuk pembayaran biasa melalui transfer ataupun tunai melalui PSK, hasil yang didapat harus dibagi dengan penyedia jasa mucikari. Sangat memprihatinkan karena pekerja seks remaja dibawah umur semakin berkembang pesat, bukan hanya di kota besar dan daerah wisata, tapi kota kecil hingga pedesaan pun turut menjadi bagian darinya. Oleh karena itu peranan orang tua sangat penting, agar anak tidak ikut terjerumus. Bekal agama yang cukup, menjaga hubungan baik rumah tangga, mengenali anak, berkomunikasi, memberikan perhatian, mengenali pergaulan dan teman-temannya, serta lebih waspada, merupakan pondasi yang kuat supaya anak tidak ikut terseret kedalam jurang kehancuran.
»»  Read More...

Pengertian Ilmu Sosial Dasar [ Tinjauan Ilmu Sosial Dasar ]

Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah-masalah sosial, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan Teori-teori (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial (seperti Geografi Sosial, Sosiologi, Antropologi Sosial, Ilmu Politik, Ekonomi, Psikologi Sosial dan Sejarah). Ilmu Sosial Dasar merupakan suatu usaha yang dapat diharapkan memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk melengkapi gejala-gejala sosial agar daya tanggap (tanggap nilai), persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan , sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungan sosialnya menjadi lebih besar. Ruang Lingkup Studi Ilmu Sosial Dasar Ilmu Sosial Dasar meliputi dua kelompok utama; studi manusia dan masyarakat dan studi lembaga-lembaga sosial. Yang terutama terdiri atas psikologi, sosiologi, dan antropologi, sedang yang kemudian terdiri atas ekonomi dan politik. Sasaran Ilmu Sosial Dasar Sasaran Studi Ilmu Sosial Dasar adalah aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan masalah-masalah yang terwujud dari padanya. Tujuan Ilmu Sosial Dasar Ilmu Sosial Dasar membantu perkembangan wawasan penalaran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan yang lebih luas dan ciri-ciri kepribadian yang diharapkan dari sikap mahasiswa, khususnya berkenaan dengan sikap dan tingkah laku manusia dlm menghadapi manusia-manusia lain, serta sikap dan tingkah laku manusia-manusia lain terhadap manusia yang bersangkutan secara timbal balik. Pokok Bahasan Ilmu Sosial Dasar 1. Pengertian, latar belakang serta ruang lingkup pembahasan. 2. Sekilas tentang ilmu-ilmu sosial, IPS, ilmu sosial, dan ilmu sosial dasar. 3. Penduduk, masyarakat dan kebudayaan. 4. Individu, keluarga, dan masyarakat. 5. Pemuda dan sosialisasi serta peranan pemuda dalam pembangunan masyarakat. 6. Peranan pendidikan dlm pembangunan. 7. Warga negara dan negara. 8. Pelapisan sosial desa, kesamaan derajat. 9. Desa, masyarakat kota dan pembangunan pedesaan. 10. Kota, masyarakat kota, dan pembangunan perkotaan. 11. Pertentangan-pertentangan sosial. 12. Integrasi sosial dan integrasi nasional. 13. Pembangunan dan perubahan sosial. 14. Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan. Sumber : google, http://sigitloveskate.wordpress.com/tugas-ilmu-sosial-dasar-isd/
»»  Read More...

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes